Vidio

Ekosistem Terumbu Karang





Ekosistem Terumbu Karang
Penjelasan umum mengenai ekosistem terumbu karang (Coral Reef)

Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (lihat gambar 1).


Terumbu Reef =

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir.Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.


Karang Coral =

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.


Karang terumbu =

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral).
Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.


Terumbu karang =

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton



Tipe-tipe terumbu karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).


2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).


3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)


Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).



Distribusi Terumbu Karang (Coral Reef Distribution)

Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem ini telah mengalami kerusakan

atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di 93 negara. Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh dunia.


Berdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan adalah:

a. Indo-Pasifik

Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia, ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.


b. Atlantik bagian barat

Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda, Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.


c. Laut Merah

Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia.


Terumbu karang (Coral Reef) adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut (gambar 4).



Zonasi terumbu karang (Coral Reef Zonation)

Zonasi terumbu karang (Coral Reef Zonation) berdasarkan hubungannya dengan paparan angin terbagi menjadi dua (gambar 5), yaitu:
  • Windward reef (terumbu yang menghadap angin)
  • Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)



Windward Reef

Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal


Leeward Reef

Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

Ekosistem Estuaria


Ekosistem Estuaria
Deskripsi dan klasifikasi
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut.
Estuaria dapat dike­lompokkan atas empat tipe, berdasarkan karak­teristik geomorfolo­gi­nya:
1.Estuaria dataran pe­sisir; paling umum dijumpai, dimana pem­bentukannya terjadi akibat penaikan per­mukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup; terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3. Fjords; merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4. Estuaria tektonik; terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuaria:
1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang-surut.
2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut.
3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi.
Karakteristik fisik
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah sebagai berikut:
(1) Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
(2) Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.
(3) Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
(4) Pasang-surut. Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria.
(5) Penyimpanan zat hara. Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Komposisi biota dan produktivitas hayati
Di estuaria terdapat tiga komponen fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna laut, yaitu hewan stenohalin yang terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas (umumnya > 30 0/­00 ) dan hewan eurihalin yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30 0/00 . Komponen air payau terdiri dari spesies organisme yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5-30 0/00. Spesies-spesies ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar biasanya terdiri dari hewan yang tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5 0/00 dan hanya terbatas pada bagian hulu estuaria.
Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi.
Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini.
Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks.
Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena:
1. Estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat didaurulang.
2. Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro (makrofiton) maupun tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun.
3. Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga antara lain memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukan berbagai organisme estuaria.
Fungsi ekologis estuaria
Secara umum estuaria mem­pu­nyai peran ekologis penting sebagai berikut:
• Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation).
• Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang…) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground).
• Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
Pemanfaatan estuaria
Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut :
• Sebagai tempat pemukiman.
• Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
• Sebagai jalur transportasi.
• Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

Tipe-tipe Ekosistem

Minggu, 11 April 2010

Tipe-tipe Ekosistem

1. Ekosistem akuatik (air)
a. Ekosistem air tawar
1) Ekosistem air tawar Lotik : airnya berarus, berarti airnya senantiasa mengalir. Contoh dari ekosistem air tawar lotik sering kita jumpai di sekitar kita. Misalnya : Sungai, dan selokan.


Gambar. 1
Sungai merupakan contoh ekosistem air tawar lotik.
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 275)

2) Ekosistem air tawar lentik : airnya tidak berarus, ini berarti airnya tidak mengalir. Contohnya : Danau, rawa air tawar, kolam, rawa gambut.


Gambar. 2
Hutan Rawa Gambut
Sumber : http://www.lablink.or.id/Env/Hutan/HutanKlasifikasi/htnrawag.jpg


Gambar. 3
Danau Toba
Sumber : http://katakdankodokbersaudara.files.wordpress.com/2009/05/danau-toba.jpg

Ekosistem danau dan kolam terdiri dari 3 wilayah horizontal yaitu :
a) Wilayah Litoral adalah merupakan wilayah perairan dangkal di sepanjang tepi danau dan kolam. Contohnya : Hydrylla, Hydra, capung, katak, burung, dan tikus.
b) Wilayah Limnetik adalah wilayah perairan terbuka yang masih bisa di tembus oleh cahaya matahari. Contohnya : Zooplankton dan Fitoplankton.
c) Wilayah Profundal adalah daerah yang dalam, dengan berbagai jenis dekomposer pada bagian dasarnya.


b. Ekosistem Laut



Gambar. 4
Ekosistem laut dibagi menjadi tiga zona,
yaitu zona litoral, zona laut dangkal, dan zona pelagik.
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 275).

Ekosistem laut dibagi menjadi tiga zona (wilayah), yaitu :
1) Zona litoral.
a) Ekosistem Estuari
Merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkambangbiakan di wilayah ini seperti ikan, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua.


Gambar. 5
Estuari
Sumber : http://www.alzinar.com/imatges/biomes/estuari

b) Ekosistem Pantai Pasir
Ekosistem dengan deburan ombak yang konstan dan terkena paparan cahaya matahari selama 12 jam. Vegetasi ada yang berbentuk terna atau membentuk perdu atau pohon. Terna adalah tumbuhan berbiji yang memiliki batang lunak dan tidak berkayu, misalnya rumput, kangkung, dan pisang.
c) Ekosistem Pantai Batu
Tersusun dari komponen abiotik berupa batu-batuan kecil maupun bongkahan batu yang besar. Organisme yang terdapat pada pantai batu seperti ganggang Eucheuma dan Sargassum.


Gambar. 6
Ekosistem Pantai Batu
Sumber : http://img.photobucket.com/albums/v417/sandro_utji/Didesa%20Resort/DCP_0671.jpg

2) Zona Laut Dangkal
a) Ekosistem Terumbu Karang,
Hanya dapat tumbuh di dasar peraiaran yang jernih, terumbu karang terbentuk dari rangka hewan Coelenterata. Organisma yang terdapat pada ekosistem ini adalah kelompok Porifera, coelenterata, ganggang, beberapa jenis ikan, serta udang.


Gambar. 7
Ekosistem terumbu Karang
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 276)

3) Zona pelagik.
a) Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof.


Gambar. 8
Ekosistem Laut Dalam
Sumber : http://images.aad.gov.au/img.py/1e10.jpg


c. Ekosistem Darat
1) Hutan Hujan Tropis
a) Terdapat di wilayah khatulistiwa
b) Temperatur tinggi (rata-rata 25 0c)
c) Curah hujan tinggi 200-450 cm per tahun
d) Pohon tinggi dan rimbun (kanopi)
e) Jenis tumbuhan sangat beragam termasuk tumbuhan paku dan anggrek.
f) Hewan pada hutan hujan tropis di indonesia antara lain : berbagai jenis serangga dan burung, monyet, orang utan dan harimau.


Gambar. 9
Hutan Hujan Tropis
Sumber : http://tigerbear.files.wordpress.com/2007/11/tangkah3.jpg

2) Savana
a) terdapat di wilayah sekitar khatulistiwa
b) curah hujan lebih 90-150 cm per tahun
c) Vegetasi savanna didominasi oleh rumput dan pohon yang tumbuh terpencar.
d) Hewan yang hidup di savanna adalah berbagai jenis sderangga seperti belalang, kumbang, rayap, herbivora dan karnivora.



Gambar. 10
Savanna
Sumber : http://onlynatural.files.wordpress.com/2008/09/800px-male_lion_on_savanna.jpg

3) Padang Rumput
a) Terdapat pada wilayah dengan temperatur sedang.
b) cuirah hujan 25-75 cm per tahun
c) vegetasi yang dominan adalah rumput
d) hewan yang hidup antara lain kelinci, tupai tanah dan serigala.


Gambar. 11
Padang Rumput
Sumber : http://chinatour.net/images/grassland.jpg


4) Gurun
a) Terdapat di belahan bumi sekitar 20-30 LU dan LS
b) Curah hujan kurang dari 25 cm per tahun
c) Vegetasi terdiri dari berbagi belukar akasia, tumbuhan sukulen dan kaktus.
d) Hewan yang banyak terdapat di gurun antar lain belalang, burung pemangsa serangga dan kadal.


Gambar. 12
Bioma Gurun
Sumber : http://andimanwno.files.wordpress.com/2009/01/gurun-02.jpg

5) Hutan Gugur
a) Terdapat di sekitar wilayah sub tropis yang mengalami pergantian musim panas dan tropis
b) Curah hujan sedang yaitu 75-150 cm per tahun
c) Pohon pada hutan gugur sub tropis memiliki ciri menggugurkan daunnya menjelang musim gugur dan menjadi dorman pada musim dingin. (maple dan birkin)
d) Hutan gugur di daerah tropis menggugurkann daun pada musim kemarau, misalnya hutan jati.


Gambar. 13
Bioma Hutan Gugur
Sumber : http://andimanwno.files.wordpress.com/2009/02/hutan-gugur-01.jpg
6) Taiga
a) Terdapat di wilayah utara hutan gugur sub tropis dan juga di pegunungan sub tropis
b) Musim dingin yang panjang. Huajn turun hanya pada musim panas
c) Taiga merupakan hutan pinus (konifer) yang selalu hijau.
d) Hewan yang hidup antara lain rusa, bajing, burung gagak hitam, serigala, dan beruang.


Gambar. 14
Taiga
Sumber : http://www.centraliahs.org/personnel/teachers_faculty/science/becker/biome%20web%20page/taiga.jpg

7) Tundra
a) Terdapat di dekat kutub utara, yaitu pada 60 0 LU (tundra artik), sedangkan tundra yang terdapat di puncak gunung (tundra alpin)
b) Vegetasi tundra didominasi oleh rumput alang-alang, lumut daun dan perdu, pada wilayah ini tidak terdapat pohon
c) Hewan yang terdapat di tundra adalah kelinci, burung hantu, serigala, rusa dan domba


Gambar. 15
Tundra
Sumber : http://andimanwno.files.wordpress.com/2009/02/tundra-011.jpg

d. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Contoh : bendungan, sawah tadah hujan, sawah irigasi, perkebunan sawit, dll.


Gambar. 16
Bendungan Jati Luhur
Sumber : http://hmjsipiluph.files.wordpress.com/2007/09/bendungan-jatiluhur.jpg

RantaiMakanan

Rantai Makanan (Food Chain)
Peristiwa makan dan di makan antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik. Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu. Dalam struktur trofik organisme autotrof disebut produsen. Tingkat trofik II ditempati oleh berbagai organisme yang tidak dapat membuat bahan organik sendiri (heterotrof adalah konsumen). Konsumen terdiri dari konsumen (herbivora) pada tingkat trofik kedua, konsumen sekunder (karnivora) pada tingkat trofik ketiga, dan konsumen tersier (karnivora besar) pada tingkat trofik keempat. Rantai makanan adalah jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu.
a. Rantai makanan perumput adalah rantai makanan yang dimulai dari produsen.


Gambar. 1
Rantai Makanan Perumput
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 280)

b. Rantai makanan detritus adalah rantai makanan yang dimulai dari detritus (hancuran daun-cacing-tanah-ayam-manusia)


Jaring-jaring Makanan (Food Web)
Dalam suatu ekosistem hubungan makan dan di makan yang sangat kompleks saling berkaitan dan bercabang sehingga membentuk jaring-jaring makanan.



Gambar. 2
Jaring-jaring makanan merupakan rantai makanan yang kompleks.
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 281)

Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan. Energi matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Oleh produsen, energi cahaya matahari diubah menjadi energi kimia. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur rantai makanan. Jadi setiap organisme melakukan pemasukan dan penyimpanan energi dalam suatu ekosistem disebut produktivitas ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari produktivitas primer dan produktivitas sekunder.
a. Produktivitas Primer adalah kecepatan mengubah cahaya matahari dalam bentuk bahan organik oleh organisme autotrof.
b. Produktivitas Sekunder adalah kecepatan energi kimia mengubah bahan organikmenjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme heterotrof.
Para ahli ekologi menggambarkan struktur trofik suatu ekosistem dalam bentuk piramida ekologi. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida biomassa, dan piramida jumlah. Piramida energi adalah suatu gambar bentuk kehilangan energi dari suatu rantai makanan, piramida biomassa merupakan gambar berkurangnya transfer energi pada setiap trofik, sedangkan piramida jumlah adalah gambar jumlah individu pada setiap trofik.

ekosistem


EKOSISTEM

Kita sebagai makhluk hidup tidak akan pernah bisa hidup sendiri, disekitar kita pun terdapat makhluk hidup baik itu hewan ataupun tumbuhan.
Menurut Faisal M, Rommy (2008) “populasi merupakan sekelompok organisma dari spesies yang sama yang menempati suatu ruang tertentu dan mampu melakukan persilangan diantaranya dengan menghasilkan keturunan fertil”. Biasanya besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Seiring waktu, besarnya suatu populasi akan mengalami perubahan, perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelahiran, kematian, emigrasi, dan imigrasi. Banteng di Ujung Kulon dan Harimau di Pulau Sumatera merupakan contoh dari suatu populasi.
Populasi dari berbagai jenis organisme berinteraksi pada suatu tempat tertentu membentuk komunitas.
Menurut Aryulina, Diah (2007 : 267) “Tempat hidup suatu makhluk hidup disebut habitat”.
Kita hidup di dalam suatu kelompok manusia. Mesti kita akui hidup ini saling bergantung satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing dengan aktivitas yang berbeda-beda. Untuk mempertahankan hidupnya kita sebagai makhluk hidup melakukan aktivitas yaitu makan, bergerak, bernafas, dan berkembang biak.
Semua makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat akan saling bergantung, berinteraksi, dan mempengaruhinya. Misalnya pada manusia dan hewan ternak hidup saling menguntungkan. Manusia membutuhkan hewan ternak untuk dimanfaatkan daging dan telurnya. Begitu juga hewan ternak mendapatkan makanan dari manusia sebagai penyedia makanan. karena kita makhluk hidup kita memerlukan cahaya, air, dan udara. Ketiganya merupakan kebutuhan utama pada manusia, hewan, dan tumbuhan dalam berfotosintesis.
Semua makhluk hidup dan benda tak hidup yang berada di sekitar kita saling mempengaruhi sehingga terbentuklah suatu hubungan timbal balik. Menurut Aryulina, Diah (2007 : 144) “Organisme memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu sistem yang disebut dengan ekosistem”. Ilmu yang mempelajari suatu ekosistem disebut ekologi.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem).
Bioma adalah berbagai ekosistem di area tertentu yang sebagian besar ditentukan oleh iklim geografi yang sama. Contohnya adalah gurun, hutan hujan trofis, savanna.
Menurut Faisal M, Rommy (2008) “biosfer sebagai suatu ekosistem global, suatu gabungan semua ekosistem lokal di Bumi”.
Orang yang pertama kali mengemukakan istilah ekologi adalah Ernzt Haeckel.
Menurut Aryulina, Diah (2007 : 268) “Lingkungan biotic suatu makhluk hidup adalah seluruh makhluk hidup. Biotic adalah makhluk hidup. Komponen-komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrate, dan vertebrata, serta manusia”. Dari sekian banyak komponen di atas, setiap komponen biotic memliki cara hidup sendiri untuk mempertahankan dirinya.
Lingkungan abiotik adalah bukan makhluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen abiotik terdiri dari komponen kimia dan komponen fisik. Contoh dari komponen abiotik antara lain adalah :
a. Suhu
b. Cahaya
c. Air
d. Kelembapan
e. Udara
f. Garam-garam Mineral
g. Tanah
Setiap makhluk hidup tidak bisa hidup sendiri. Setiap makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat terjadi hubungan timbal balik antara komponen biotic dan komponen abiotik., artinya ada suatu interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup berinteraksi untuk kelangsungan hidupnya.
Menurut Aryulina, Diah (2007 : 270-274) interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya secara langsung maupun tidak langsung terjadi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan.
1. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
a. Interaksi antar-individu
Organisme sejenis yang hidup di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu disebut populasi.


Gambar 1
Individu-individu Manusia Membentuk Populasi Manusia
Sumber : Aryulina, Diah, (2007 : 271)

b. Interaksi antar-populasi
Komunitas adalah berbagai populasi yang saling berinteraksi. Bentuk populasi dapat berupa predasi, kompetisi, dan simbiosis.
1) Predasi merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Pada predasi umumnya suatu spesies memakan spesies lain, meskipun beberapa hewan memangsa sesame jenisnya (bersifat kanibal). Organisme yang memakan disebut predator, sedangkan organism yang dimakan disebut mangsa.
2) Kompetisi antar-populasi disebut juga kompetisi interspesifik.
3) Simbiosis berarti hidup bersama antara dua spesies yang berbeda. Dalam hidup bersama tersebut, umumnya salah satu spesies berperan sebagai spesies yang ditumpangi, sedangkan spesies lain sebagai penumpang (simbion). Interaksi simbiosis dibedakan menjadi :
a) Mutualisme terjadi jika dua spesies hidup bersama dan saling menguntungkan satu sama lain. Contoh mutualisme adalah ganggang hijau biru dengan jamur dari kelompok Basidiomycota membentuk lumut kerak.



Gambar 2
Simbiosis Mutualisme Terjadi Antara Ganggang Hijau Biru Dan Jamur Membentuk Lumut Kerak
Sumber : Aryulina, Diah, (2007 : 273)

b) Komensalisme terjadi jika dua spesies hidup bersama, satu spesies diuntungkan dan spesies lain tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan. Misalnya anggrek yang menempel pada pohon.
c) Parasitisme terjadi jika dua spesies hidup bersama, satu spesies diuntungkan sedangkan spesies lain dirugikan. Organisme yang memperoleh kentungan dari interaksi parasitisme disebut inang. Sedangkan parasit yang dirugikan disebut inang. Parasit menyerap sari makanan atau cairan dari tubuh inangnya. Kerugian yang ditimbulkan parasit dapt berupa gangguan ringan, penyakit, dan bahkan kematian pada inangnya.


Gambar : 3
Nyamuk merupakan salah satu contoh ektoparasit pada manusia.
Sumber : Aryulina, Diah (2007 : 273)

c. Interaksi antara komponen biotik dan abiotik
1) Produsen (organisme autotrof) adalah organisme yang menyusun senyawa organik atau membuat makanan sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Organisme yang tergolong produsen meliputi organisme yang melakukan fotosintesis yaitu tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri, serta ganggang hijau biru.
2) Konsumen (organisme heterotrof) adalah organisme yang tidak mampu menyusun senyawa organik atau membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Hewan dan manusia termasuk tergolong dalam kelompok sebagai konsumen.
3) Dekomposer (pengurai) merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organism untuk memperoleh makanan atau bahan organik yang diperlukan. Penguraian memungkinkan zat-zat organik yang kompleks terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Organisme yang termasuk dekomposer adalah bakteri dan jamur.



Gambar 3
Jamur Sebagai Dekomposer Menyebabkan
Buah Membusuk
Sumber : Aryulina, Diah, (2007 : 274)

4) Detrivitor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau deutritus. Merupakan hancuran jaringan hewan dan tumbuhan.



Gambar 5
Kutu Kayu adalah salah satu contoh detrivitor
Sumber : Aryulina, Diah, (2007 : 274)

Sabtu, 30 Januari 2010

Worksheet1



1. Perhatikan gambar di bawah ini!

a. Sebutkan komponen biotik pada gambar di atas!
b. Sebutkan komponen abiotik pada gambar di atas!
c. Jelaskan fungsi komponen ekosistem pada gambar
Jelaskan istilah-istilah dibawah ini!
a. Produsen
b. Decomposer
c. Konsumen
d. Detritivor

Worksheet2

1. Perhatikan gambar-gambar dibawah ini!